ESSAY ATRAKTIF KAUM MUDA MILLENNIAL
ybb.or.id, Jakarta,—- Berita dari sebuah media online mengungkapkan bahwa di Jepang pada saat ini sudah memasuki tahap proses penuaan stuktur usia (ageing population). Hal tersebut, diantaranya, disebabkan oleh angka kelahiran yang sangat rendah sehingga perbandingan penduduk muda dan tua berkisar 1:4 (satu berbanding empat).
Masalah demografi lain yang dihadapi yaitu migran besar-besaran dari kaum muda di Jepang ke perkotaan dan mengakibatkan desa lengang; banyak tempat tinggal (baca: rumah) kosong dan dijual sangat murah, malahan gratis.
‘…persoalan migran memang kompleks dan toh tidak akan terelakkan. Kalau nantinya kondisi di kita (baca: Indonesia) pun akan menghadapi persoalan yang sama maka kita musti ambil segi positif urbanisasi, misal, wilayah rural yang kosong bisa di desain untuk wanatani berwawasan lingkungan, salah satunya…’ ujar Sarwono Kusumaatmadja menanggapi berita tersebut. Kamis, (31/01/19).
Sarwono menambahkan, selain bisa dikembangkan dalam bentuk kegiatan kepariwisataan, seperti, kemasan pedesaan wisata bisa juga dikembangkan sumber kegiatan ekonomi lainnya. ‘…Pedesaan juga bisa jadi gudang bioenergi, pusat produksi pertanian alami rendah karbon dan silvikultur…’ pendapatnya. Lebih lanjut Sarwono mengingatkan untuk terus mengungkit daya kreatif yang sebenarnya merupakan salah satu potensi bangsa Indonesia, yang luar biasa.
‘…kita ini memiliki tiga keunggulan kompetitif yang tidak dimiliki dan tidak bisa diduplikasi bangsa lain, yaitu pertama, kondisi alam yang elok, indah, kaya sumber daya alam, di dalam maupun di atas tanahnya. Kedua, kemaritiman, yang sering kita fahami sebatas sumber daya laut. Dan, ketiga daya kreativitas tinggi dan sulit terukur batasan, termasuk sense of art dari ragam kultur manusia Indonesia yang terbentuk secara alamiah berdasarkan lokalitasnya…’.
Menurut Sarwono, kreativitas kaum muda produktif Indonesia sangat potensial untuk dikembangkan, termasuk dalam upaya pemanfaatan tantangan bonus demografi saat ini. ‘…generasi millennial yang lekat pertumbuhannya dengan kemajuan teknologi informasi kebanyakan memiliki kreativitas tinggi dan baik. Mereka menemukan dunianya sendiri yang seringkali seakan terpisah dari dunia nyata yang kita hadapi. Ada gap generation, kesenjangan jarak yang membuat pola pikir seperti menjauh antara yang tua dan yang muda. Padahal jika kita mau mencermati dan mengikuti alur pikiran anak-anak muda millennial, sungguh mereka memiliki cukup besar kepedulian akan kondisi bangsanya…’
Itu sebab, menurut Sarwono, selaku Pembina Yayasan Bhakti Bangsa (YBB), mendorong untuk diselenggarakan lomba essay atraktif, terutama bagi kaum muda terkait persoalan bonus demografi dan permasalahannya, khususnya ‘…kami punya program yang sampai saat ini masih belum disentuh, yaitu berupa penghargaan YBB (YBB Award) kepada mereka-mereka, best practices, inspirator dan lain sebagainya. Dan, tentu pemenang lomba essay tersebut menjadi bagian kegiatan itu…’. Sarwono juga menyampaikan akan mengajak mereka yang bergerak di dunia usaha dan pendidikan untuk bersama-sama mewujudkannya. Dan, salah satu tawaran yang sudah disampaikan ialah dari Rektor Universitas Al-Azhar Indonesia, Asep Saefuddin, yang akan mendapat beasiswa di UAI.
‘…banyak solusi yang belum terpetakan. Padahal dari segi praktis sudah banyak bermunculan best practices…’ pungkas Sarwono.
Kekhawatiran, bila memang apa yang dialami Jepang harus dikhawatirkan, cukup beralasan mengingat berdasarkan perkiraan Bappenas (26/09/17), di tahun 2035 nanti 90% (sembilan puluh persen) penduduk akan memadati dan tinggal di perkotaan.
sb: esispr//
pic: Marketeers