YBB AKAN GELAR PELATIHAN AKBAR PENDIDIKAN KARAKTER BAGI TENAGA PENDIDIK PAUD/TK

jakarta, 26/07/19 — ‘…Indonesia, saat ini sedang berada pada sebuah era yang dikenal dengan demographic dividend, atau lebih populer dengan istilah era bonus demografi; yaitu, suatu peristiwa dimana jumlah penduduk usia produktif sudah jauh lebih besar dibanding penduduk usia non-produktif (100 : <50).Peristiwa ini hanya akan dialami 1 (satu) kalisepanjang sejarah Republik Indonesia, dan diperkirakan terjadi sejak tahun 2012 hingga tahun 2045; dengan indeks ketergantungan terendah terjadi pada tahun 2028 hingga 2031…’ papar Fasli Jalal, Ketua Yayasan Bhakti Bangsa, saat memberi sambutan selepas penandatangan kesepemahaman bersama (MoU) antara Yayasan Bhakti Bangsa (YBB) dengan Indonesia Heritage Foundation (IHF), di Kantor IHF, Depok – Cimanggis, Selasa, 09 Juli lalu.

Lebih lanjut Fasli Jalal mengungkap bahwa dengan jumlah besar usia produktif tersebut sesungguhnya Indonesia sangat diuntungkan mengingat, pertama, ketika struktur usia penduduk banyak Negara di banyak belahan dunia sedang dan (bahkan) sudah di tahap gejala penuaan(population ageing), struktur usia penduduk Indonesia justru sedang mendekati puncak dibanjiri oleh kaum muda usia produktif. Diperkirakan pada puncaknya nanti, jumlah usia produktif akan mencapai sekitar 68% dari total jumlah penduduk, dimana 45% nya terdiri dari kaum muda. Kedua, perbandingan dengan Negara-negara di kawasan Asia Tenggara, saat ini penduduk usia produktif Indonesia jauh lebih besar dibandingkan Negara lainnya, yakni sekitar 41% dari total penduduk usia produktifdi kawasan tersebut.

Namun, Fasli Jalal juga mengingatkan, ‘…apabila kita tidak hati-hati dan kurang tepat mengelolanya atau bahkan potensi itu menjadi sumber tenaga yang tidak produktif, maka alih-alih membawa manfaat besarnya jumlah usia produktif tersebut malah justru bisa jadi sumber bencana demografi…’

Bonus demografi harus bisa jadi andalan memperkuat potensi penguatan ekonomi masyarakat dan bahkan Negara. Dia menjadi daya dorong pertumbuhan ekonomi baik di tingkat mikro maupun makro. ‘…potensinya mampu mewujudkan pencapaian kesejahteraan masyarakat secara nyata…’ ujarnya.

Fasli melihat, dalam konteks itu, peran sumber daya manusia tak pelak amat menentukan. Sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan kesiapan bersaing mutlak harus dipersiapkan secara sungguh-sungguh, katanya. ‘…kalau melihat pada indeks daya saing, saat ini meski mengalami kemajuan namun mesti diakui masih harus ekstra kerja keras. Tidak usah melirik perbandingan negara, cukup bagaimana kita bisa tingkatkan kualitas sumber daya manusia dengan mendorong agar lebih fokus pada penguatan kreatifitas dan inovasi…’

‘…karakter menjadi kata kunci pembuka pintu jalan keberhasilan suatu bangsa menjadi bangsa yang besar. Belajar dari sejarah bangsa-bangsa dan negara pengukir sejarah dunia gemilang, maka di balik keberhasilannya itu pasti didukung oleh karakter bangsa yang kuat dan bersendikan pada jati diri bangsa…’ ungkapnya. Lenih lanjut menurutnya penguatan karakter sebagai modal dasar merupakan sangat penting dan mutlak selain kompetensi yang didasarkan pada pendekatan akademik. karakter memberi kontribusi 80% (delapan puluh prosen) atas keberhasilan seseorang dalam kehidupannya; sedang 20% sisanya disumbang dari pengetahuan akademik.

Pentingnya makna karakter bagi masa depan bangsa telah mendorong setiap pemangku pemerintahan untuk mengedepankan pembinaan dan pembentukan karakter bangsa dalam kebijakan politik nasionalnya, termasuk di era pemerintahan Presiden Ir. H. Djoko Widodo. Hal itu jelas tampak dengan diterbitkannya Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 87/2017 tentangPendidikan Penguatan Karakter.Kementerian Pendidik dan Kebudayaan menterjamahkan dan mengimplementasikan melalui Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter yang terintegrasi dalam proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. 5 (lima) nilai karakter utama yang harus tanamkan ialah, terdiri dari; nilai karakter religius; nasionalis; integritas; mandiri, dan; gotongroyong.

SINERJI PROGRAM.

‘…Kita sepakat dan meyakini bahwa generasi yang mempu menjawab dan mengungguli masa depan ialah generasi kreatif dan berdaya pikir tinggi (higher order thinking skills). penguatan karakter sebagai kunci utama dalam mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Kita juga percaya bahwa dunia pendidikan merupakan kelembagaan yang mampu dan menjadi lini terdepan bagi proses pencapaian peningkatan mutu tersebut…’ ujar Fasli Jalal.

Semenjak dicanangkan gerakan PAUD pada tahun 2004, partisipasi masyarakat menggembirakan dan patut diapreasiasi. Namun seiring menjamur kehadiran PAUD pada saat bersamaan ada sedikit rasa khawatir imbas dari keseimbangan kuantitas dan kualitas; PAUD/TK yang tidak berkualitas justru menghambat anak dan ini amat berbahaya karena akan terbawa sampai dewasa(Head Start Report, 2002)

Melalui pengembangan model PAUD berkualitas, IHF telah menerapkan Program Semai Benih Bangsa di lebih dari 3.000 (tiga ribu) PAUD/TK di seluruh Indonesia, dan telah terbukti berhasil meningkatkan kualitas para pendidik dan menghasilkan anak didik yang memiliki karakter baik serta kemampuan akademik dan kreatifitas yang tinggi.

‘…melihat pengalaman pendidikan karakter yang dikembangkan IHF selama ini dan juga kesamaan visi, misi dan cara pandang serta dalam konteks turut serta mengupayakan terwujudnya generasi berkarakter unggul dan tangguh, kami berencana menyelenggarakan Pelatihan Akbar Penguatan Pendidikan Karakter Bangsauntuk tanaga pendidik PAUD/TK. Pelatihan singkat dan praktis selama 3 (tiga) hari yang diarahkan guna membuka pola pikir (mindset) para peserta dengan bersinerji dengan IHF… ujar Fasli.

Fasli juga mengungkap tujuan pelatihan tersebut diantaranya untuk memberikan pemahaman, pengalaman, dan keterampilan bagi peserta tentang bagaimana praktek pendidikan karakter dan pendekatan saintifik yang sukses membangun ahlak, daya pikir kritis dan kreativitas anak melalui pembelajaran yang ramah otak(brain-based learning).

sb: esispr//

you may also like