BAGAS. PETANI MILLENNIAL
Tokoh-tokoh di dalam orang sukses bukan hanya dikenal karena kekayaan yang mereka miliki, tapi juga karena kebaikan yang mereka miliki terhadap sesama. Adapun kebaikan terkadang datang dari apa yang tidak terduga.
Bagas Suratman merupakan seorang petani yang berasal dari Kecamatan Teluk Naga, Tangerang, Banten. Dengan agribisnis yang ia miliki, ia memberikan kesempatan kepada pengangguran, mantan preman, dan warga sekitar untuk belajar dan bekerja di bidang pertanian. Tindakan mulia ini berbanding terbalik dengan masa lalu Bagas yang di mana ia pernah menjadi seorang preman dan memiliki kebiasaan berjudi serta mabuk-mabukan.
Usaha Bagas untuk menyambung hidup saat itu tidak lepas dari pekerjaan yang terbilang keras dan melelahkan. Ia pernah menjadi kenek metro mini, buruh pabrik, dan menjadi seorang porter.
Titik balik Bagas hingga bisa menjadi seorang pengusaha adalah ketika ia merasa harus merubah sesuatu di dalam hidupnya di saat dirinya sudah berkeluarga. Selain itu, ia juga terinspirasi dari kegiatan petani yang ia lihat saban hari di dekat kontrakannya.
Sempat ia berjualan sayur mayur di pasar. Namun, harga dari sayur mayur tersebut cukup mahal dank arena itu ia memilih untuk menanam sayur mayur itu sendiri.
Langkah pertama yang ia Bagas ambil di dunia bisnis dimulai pada tahun 2004. Ia menyewa tanah berukuran 3000 m2 yang tidak jauh dari kawasan bandara internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.
Meskipun sebelumnya tangan Bagas tidak mengenal pertanian, keinginan Bagas untuk membukan lahan pertanian sendiri tidaklah surut. Ia memulai budidaya sayur dan buah secara otodidak.
Bagas tidak memikirkan keuntungan saat pertama kali membangun kebunnya sendiri. Ia hanya ingin menyediakan lapangan pekerjaan bagi pengangguran.
Syarat untuk bekerja di kebun milik Bagas terbilang unik. Orang-orang yang ingin bekerja di kebunnya haruslah mau bekerja keras dan berhenti meminum minuman keras.
Hingga tahun 2019, Bagas mampu mempekerjakan sekitar 26 orang petani yang difokuskan untuk mengelola kebun dan sekitar 15 orang di bagian pengemasan.
Kurang lebih selama 15 tahun Bagas bergelut dengan nasib di kebun miliknya sendiri. sebagaimana nasib, terkadang tidak selalu berjalan dengan mulus.
Kebunnya pernah dihantam oleh banjir pada tahun 2007. Padahal, sehari setelahnya adalah waktu panen. Ia juga pernah mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah.
Seiring berjalannya waktu, bisnis yang dimiliki oleh Bagas membuahkan hasil. Lahan yang awalnya hanya seluas 3000 meter pada tahun 2019 menjadi 26 hektar.
Lahan seluas itu ia tanami berbagai macam sayur mayur seperti kangkung, bayam, bayam merah, caisim, pakcoy, tomat, cabai, dan lain-lain. Adapun buah yang ia tanam adalah melon dan butternut.
Dalam sehari, kebun yang dikelola oleh Bagas dan karyawan-karyawannya bisa menghasilkan 1,5 ton hingga 2 ton sayur. Semua hasil panen disalurkan ke pasar tradisional dan pasar retail melalui puluhan mitra yang ia miliki.
Keuntungan yang didapat dalam sehari itu bisa mencapai Rp 15 juta. Meski begitu, bukan hanya materi yang ia hasilkan dari karirnya sebagai petani. Bagas juga menghasilkan ilmu untuk orang banyak.
Bagas mampu mencetak petani-petani baru yang sebelumnya adalah karyawan-karyawannya. Ilmu yang diajarkan seperti bagaimana cara membajak, menanam hingga merapikan lahan membuat karyawan-karyawannya mampu untuk mandiri dan memulai lahan pertanian mereka sendiri
Meski hanya memiliki ijazah STM, orang-orang mendatangi Bagas untuk melihat bagaiamana ia mengelola bisnisnya, mulai dari orang biasa, bupati hingga Kementerian Pertanian.
Bagas membuktikan bahwa seseorang yang memiliki masa lalu kelam dapat berubah. Ia bukan hanya menanam sayur dan buah, tetapi menanam kebaikan yang hasilnya bisa dipetik oleh siapa saja.
Sumber: https://kumparan.com/profil-orang-sukses/bagas-suratman-mantan-preman-yang-jadi-petani-beromzet-rp-15-juta-per-hari-1tNH3voWuVA/full