KERATON KASEPUHAN, SULUH KEBUDAYAAN CIREBON
ybb.or.id, Cirebon,— Pernah ke Kota Cirebon? Tentu kota yang terkenal dengan julukan kota udang ini tidaklah asing bagi kebanyakan diantara kita, bahkan bagi wisatawan mancanegara. Selain terkenal sebagai salah satu pusat penyebaran agama Islam di pulau jawa, dari aspek kesejarahan Cirebon juga terbilang unik mengingat di kota tersebut terdapat 4 (empat) keraton dengan kepemimpinan yang berbeda satu sama lainnya, yakni keraton Kasepuhan, Kanoman, Kecirebonan, dan Kepabronan.
‘…Keraton Kasepuhan merupakan satu diantaranya yang paling menonjol. Selain terawat, asri, dan masih banyak menyimpan peninggalan sejarah masa lalu, Kasepuhan juga terbilang gigih mendekatkan diri agar dapat dikenal lebih luas oleh publik; guna menarik perhatian wisatawan, ragam kegiatan budaya dikemas secara apik melalui program interaktif kepariwisataan…’ ujar Ratu Raja Alexandra Wuryaningrat, Direktur Pengelola Keraton Kasepuhan, Cirebon.
Upaya untuk menggiatkan kepariwisataan sekaligus meningkatkan kepedulian masyarakat agar secara bersama menjaga dan melestarikan warisan luhur Keraton Kasepuhan, menurut Alexandra pihak keraton berusaha keras untuk memperluas jaringan komunikasi dengan berbagai pihak dan melalui ragam cara yang elegan, misal, mempublikasikan agenda penyelenggaraan pagelaran kesenian Cirebon yang digelar di lingkungan Keraton Kasepuhan yang terbuka untuk publik sudah disusun agendanya sedemikian rupa sehingga masyarakat tahu kapan kegiatan itu dilaksanakan.
‘…contoh lain, mengaet insan perfilman nasional untuk membuat film bertema remaja dengan sisi latar belakang kesenian Cirebon. Film ini telah diputar di gedung pertunjukan film nasional…’ ungkap Alexandra. Lebih lanjut, dia juga mencontohkan dalam menutup dan menyambut tahun baru Kasepuhan menggelar kegiatan budaya yang memadukan unsur tradisi dengan perhelatan kekinian. Uniknya, meski suasana pagelaran yang dilaksanakan di Gua Sunyaragi menampilkan kegiatan layaknya suasana malam pergantian tahun baru seperti pada umumnya, namun aroma sakralistik kental mewarnai sepanjang acara.
Untuk lebih menggigit dalam dunia kepariwisataan, pihak keraton Kasepuhan juga menggaet kemitraan dan kerjasama dengan berbagai pihak, diantaranya, Pata Chapter Indonesia guna menjaring peningkatan wisatawan dari Asia Pasifik; Pt. Telkom dalam konteks e-ticketing seluruh objek wisata Kasepuhan, dan; STP Bandung, Kemenpar, agar optimalisasi keraton Kasepuhan sebagai destinasi wisata dapat diwujudkan
Disamping terobasan seperti di atas, keterbukaan pihak keraton dapat dilihat pula dari komunikasi lugas yang terjalin dengan masyarakat. Misal, seperti tiap pelaksanaan tradisi memperingati lahir Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wassalam, pihak keraton membuka diri dan bahkan mengundang berbagai elemen dan tokoh masyarakat untuk berpartispasi selain menyaksikan prosesi yang lebih dikenal dengan upacara panjang jimat. Tidak saja pada saat prosesi berlangsung, sepuluh hari penuh pihak keraton memperbolehkan masyarakat umum untuk melakukan kegiatan ekonomi yang nyaris memenuhi dan menutupi areal keraton; mulai dari halaman alun-alun sampai ke sudut-sudut tertentu didalam area keraton itu sendiri.
Mau beramahtamah bersama Sultan dan kerabat Kasultanan? Alexandra mengatakan pihak manajemen sudah mempersiapkan program agar masyarakat dapat dekat satu meja dengan Sultan, bukan sekedar angan saja; bertukar pikiran, beramah tamah sambil menikmati pagelaran kesenian. Untuk itu, pihak pengelola keraton pun sudah menyediakan program jamuan khusus.
Tentu masih banyak program kreatif dan inovasi budaya yang dikembangkan Keraton Kasepuhan untuk memenuhi kebutuhan dan tantangan dewasa ini.
Satu hal yang patut kita apresiasi komitmen Kasultanan untuk menjadi garda dalam menjaga, memelihara warisan leluhur adalah upaya preservasi dan digitilasiasi naskah-naskah kuno agar jejak yang menghubungkan masa lalu dengan kekinian dapat terus ditelusuri sehingga kemusnahan data informatif dapat dihindari. Untuk itu, sejak tahun 2013 lalu pihak keraton sudah menjalin kerjasama dengan Perpustakaan Nasional.
Rasanya, di Cirebon ini kita akan merasakan hangatnya kehadiran Keraton Kasepuhan; sekat yang membatasi hubungan keraton dengan publik begitu longgar seakan sejengkal jarak saja. Meski demikian, tidak kemudian lantas luluh larut tergerus kehilangan kharismatiknya; Kasultanan Kasepuhan Cirebon tetap mampu menjaga kewibawaan dalam pesona populisnya.
Sultan Sepuh XIV Pangeran Raja Adipati Arief Natadiningrat, Sultan dari Kasepuhan ini memang tergolong progresif, inklusif, jeli melihat peluang, dan mampu mengelola perubahan menjadi kesempatan. Upaya dan kerja cerdas untuk terus dapat mempertahankan keberlangsungan kerajaan islam awal di pulau jawa yang tersisa, selain Demak dan Banten, ditunjukkan melalui strategi pengembangan potensi Keraton Kasepuhan sebagai suluh kebudayaan. Nilai, norma, tradisi, dan kegemilangan sejarah masa lalu tetap kental mewarnai meski dikemas dalam ragam kegiatan kepariwisataan melalui perspektif modern.
Sultan Sepuh XIV, sosok Sultan memiliki jiwa kepemimpinan yang dibutuhkan sebagai suluh kebudayaan; seorang yang teguh dalam prinsip namun luwes dan supel dalam pergaulan…..
sb: esispr//