PERILAKU NYONTEK PADA PENDIDIKAN 

ybb.or.id, Jakarta,— ’…menyontek atau cheating memang bukan hal baru dalam dunia pendidikan, yang biasanya dilakukan oleh seorang atau sekelompok siswa/mahasiswa pada saat menghadapi ujian, misalnya dengan cara melihat catatan atau melihat pekerjaan orang lain atau pada saat memenuhi tugas pembuatan makalah/skripsi dengan cara menjiplak karya orang lain dengan tanpa mencantumkan sumbernya (plagiat –red)…’ kata Endang Kandar, saat diminta melalui telephone, Senin (14/01/19), berkenan tanggapannya menyoal kejujuran yang mulai reda dari pokok perbincangan sebagai salah satu nilai karakter yang mesti diajarkan di lembaga pendidikan.

Menurut Endang, yang juga pernah menjabat sebagai Kepala Sekolah, cheating merupakan tindakan bohong, curang, penipuan guna memperoleh keuntungan teretentu dengan mengorbankan kepentingan orang lain. Salah satu dampak negatif pembiasaan terhadapnya secara sadar atau tidak, meski tidak ditunjang dengan bukti empiris, banyak orang menduga bahwa maraknya korupsi di Indonesia sekarang ini memiliki korelasi dan tidak terlepas dari kebiasaan menyontek yang dilakukan oleh pelakunya pada saat dia mengikuti pendidikan.

’…sebenarnya, secara formal setiap sekolah atau institusi pendidikan lainnya pasti telah memiliki aturan baku yang melarang para siswanya untuk melakukan tindakan nyontek. Namun kadangkala dalam prakteknya sangat sulit untuk menegakkan aturan yang satu ini…’ katanya. Lebih lanjut dia berpendapat pemberian sanksi atas tindakan nyontek yang tidak tegas dan konsisten merupakan salah satu faktor maraknya perilaku nyontek, selain inkonsistensi kebijakan.

Digitalisasi yang mewabah dewasa ini, sedikit banyak juga turut andil memperparah prilaku menyontek. ’…tindakan nyontek (plagiasi) semakin subur dengan hadirnya internet, ketika siswa atau mahasiswa diberi tugas oleh guru atau dosen untuk membuat makalah banyak yang meng-copy- pasteberbagai tulisan yang ada dalam internet secara bulat-bulat. Mungkin masih agak lumayan kalau tulisan yang di-copy-paste-nya itu dipahami terlebih dahulu isinya, seringkali tulisan itu langsung diserahkan kepada guru/dosen, dengan sedikit editing menggantikan nama penulis aslinya dengan namanya sendiri…’ katanya

’…yang lebih mengerikan justru tindakan nyontek dilakukan secara terrencana dan konspiratif antara siswa dengan guru, tenaga kependidikan (baca: kepala sekolah, birokrat pendidikan, pengawas sekolah, dll) atau pihak-pihak lainnya yang berkepentingan dengan pendidikan…’ sesalnya. Mereka secara tidak langsung telah mengajarkan kebohongan kepada siswanya, dan telah mengingkari hakikat dari pendidikan itu sendiri. ’…jika ada sekolah yang permisif terhadap perilaku nyontek dengan berbagai bentuknya, sudah semestinya ditandai sebagai sekolah berbahaya, karena dari sekolah-sekolah semacam inilah kelak akan lahir generasi masa depan pembohong dan penipu yang akan merugikan banyak orang…’ imbuhnya.

Menutup pembicaraan, Endang berpendapat bahwa secara psikologis, mereka yang melakukan perilaku nyontek pada umumnya memiliki kelemahan dalam perkembangan moralnya, mereka belum memahami dan menyadari mana yang baik dan buruk dalam berperilaku. Selain itu, perilaku nyontek boleh jadi disebabkan pula oleh kurangnya harga diri dan rasa percaya diri (ego weakness). Dan, menurutnya justru kedua aspek psikologi inilah yang justru lebih penting dan harus dikembangkan melalui pendidikan untuk kepentingan keberhasilan masa depan siswanya. ’…yakinilah apabila kejujuran kurang tertanam kuat pada anak didik akan melahirkan generasi yang tidak siap bersaing ditengah kerasnya globalisasi dan revolusi industri ke 4.0…’ pungkasnya.

Drs. Endang Kandar, M.Pd, adalah pengamat pendidikan dari Kabupaten Kuningan Jawa Barat.
sb: esispr//

pic: Tulisanku – WordPress.com

you may also like