PENTINGNYA MEWUJUDKAN PEREKONOMIAN BERBASIS PERTANIAN

Jakarta — ‘…sehebat – hebatnya pembangunan fisik yang dilakukan, jika tanpa memiliki arah dan konsep yang jelas dalam merancang infrastruktur pertanian yang handal, maka akan menjadi malapetaka kemanusiaan di masa yang akan datang. Coba saja bayangkan, jika kita punya rumah, mobil atau tabungan, tetapi tidak memiliki kecukupan pangan untuk dimakan, apa yang terjadi ? apa masih ada manfaatnya uang dan kendaraan, jika tidak ada bahan untuk dimakan ? Disinilah pentingnya pertanian untuk masa depan ketahanan pangan nasional…jelas Dede Farhan Aulawi didepan petani binaan, di kantor GENPPARI, Bandung, (24/09/2020).

Pertanian kita sedang menghadapi tantangan berat, terutama dari sisi sumber daya manusia, ujarnya. ‘…jumlah petani saat ini sekitar 34 juta petani yang rata-rata berusia di atas 50 tahun. Sementara kaum muda yang menekuni kegiatan ekonomi ini kurang dari 10% (sepuluh persen) dari keseluruhan jumlah petani…’

‘…bisa kita bayangkan bagaimana ketahanan pangan nasional di masa depan jika tidak ada upaya untuk meningkatkan ketertarikan kaum muda terjun di bidang pertanian. Untuk itu, merupakan kewajiban kita semua membuka wawasan, terutama mengubah paradigma kaum muda atas kegiatan usaha pertanian…’ Menurut Dede, ketidaktertarikan kaum muda menekuni bidang pertanian tersebut lebih disebabkan keterbatasan pemahaman dan kemauan ekplorasi pertanian. Kebanyak dari mereka (kaum muda—red) cenderung masih mengidentikkan kegiatan bertani dengan pergulatan penuh lumpur, sengatan terik matahari, gengsi, dan prospek yang kurang menjanjikan.

Oleh sebab itu, dalam konteks memperingati Hari Tani Nasional ke- 60, pada pertemuan tersebut mengusung tema “sejahterakan petani guna mewujudkan ketahanan pangan yang mandiri”.

Dalam pertemuan itu, Dede menyemangati para petani agar terus berjuang untuk masyarakat melalui keahlian profesinya di bidang pertanian, karena dimatanya pertanian merupakan bidang strategis dan super fundamental bagi kelangsungan umat manusia.

Ia juga membuka dialog dan menerima berbagai penjelasan dari para petani terkait berbagai permasalahan yang masih dihadapi petani binaannya.

Masalah-masalah yang disampaikan, menurutnya, bukanlah masalah yang baru. Di samping masalah ketersediaan lahan dan kesejahteraan, juga masalah kepemilikan (hak garap) yang seringkali ada klaim dari pihak tertentu sehingga menimbulkan kegelisahan para petani. Belum lagi masalah lainnya, seperti benih, pupuk, pemasaran, ancaman gagal panen, anjloknya harga akibat banjir komoditas impor, dan lain – lain.

Pada kesempatan dialog itu, Dede juga menyampaikan pentingnya penerapan konsep pertanian yang produktif (modern), ekologis dan berkelanjutan. Pertanian modern pada dasarnya merupakan sistem pertanian yang menggunakan peralatan canggih dalam pelaksanaannya, misalnya penggunaan peralatan seperti traktor untuk membajak sawah. Termasuk modernisasi dalam hal cara penanaman, perawatan tanaman hingga pemanenan. Penanaman dalam pertanian modern tidak dilakukan secara manual, tetapi menggunakan mesin transplanter. Keuntungannya adalah menanam padi akan lebih cepat, begitu juga dengan masa pemanenan yang akan semakin singkat dengan inovasi pupuk modern.

Ia juga menyampaikan bahwa keunggulan komparatif seperti iklim tropis dan kegemburan tanah yang membuat Indonesia mampu memproduksi komoditas ekspor seakan – akan belum termanfaatkan secara optimal. Apalagi kebanyakan sektor pertanian masih dijalankan secara tradisional, artinya belum dijalankan dengan manajerial yang profesional. Hal tersebut bisa ditandakan dengan ketiadaan informasi pasar yang akurat, peralatan pertanian memadai, luasan lahan, dan perlengkapan mengelola stok. Hal inilah yang bisa menimbulkan harga anjlok saat panen melimpah, atau gagal panen yang menimpa para petani. Untuk itulah merumuskan roadmap kesejahteraan petani menjadi sangat penting dalam mewujudkan perekonomian berbasis pertanian.

Dari sekian permasalahan pertanian yang terungkap, ada beberapa hal fundamental yang bisa kita jadikan masukan untuk Pemerintah khususnya yang memiliki tugas dan tanggung jawab di bidang pertanian. ‘…secara prinsip kami menilai bahwa petani merupakan pelaku utama dalam pembangunan pertanian Indonesia dan mereka memiliki peran penting untuk menghasilkan produk pertanian yang berkualitas guna memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Untuk itulah sudah selayaknya di hari yang berbahagia untuk seluruh petani Indonesia ini, kami menyampaikan Selamat Hari Tani Nasional yang ke -60, semoga seluruh petani Indonesia bisa lebih sejahtera…’, pungkasnya mengakhiri keterangannya.

editor: esispr//

you may also like