WUJUD NYATA NASIONALISME

ybb, jakarta— ‘…paling tidak ada tiga tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini, yaitu pandemic covid 19, climate change, dan perubahan geopolitik global…’ uajar Sarwono Kusumaatmadja, pada diskusi webinar tentang Nasionalisme dalam perspektif kaum muda, yang diselenggarakan oleh Institut Kewarganegaraan Indonesia (IKI), Senin, 24 Agustus 2020.

Sarwono melanjutkan bahwa dalam menghadapi tantangan itu, yang dibutuhkan oleh kita adalah bagaimana bisa membangun persepsi bersama seluruh komponen masyarakat, terutama pada upaya kita untuk dapat memfokuskan perhatian di dalam menggali dan mengembangkan keunggulan kompetitif-nya.

‘…kita ini punya keunggulan kompetitif yang tidak bisa diduplikasi oleh Negara dan bangsa manapun di dunia, misal, keelokan dan keindahan destinasi pariwisata, potensi kekayaan sumberdaya maritim yang luar biasa, dan banyak hal lainnya…’ lanjutnya.

Diungkap juga soal potensi segitiga karang yang menurutnya belum mendapat perhatian layak baik dari pemerintah maupun masyarakat luas. Menurutnya, ada enam negara yang memiliki potensi terumbu karang, yakni di Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon, dan Timur Leste. Segitiga Terumbu Karang dijadikan oleh World Wildlife Fund sebagai salah satu dari prioritas utama konservasi kehidupan maritim yang diluncurkan pada tahun 2007.

Segitiga Terumbu Karang meliputi wilayah lebih dari 6.500.000 km², dengan lebih dari 600 spesies terumbu karang dan meliputi 75% semua spesies terumbu karang yang ada di dunia.

Menanggapi persepsi kaum muda terhadap Nasionalisme, Sarwono melihat bahwa pada dasarnya kaum muda saat ini memiliki rasa nasionalisme yang tinggi dan berada pada track yang seharusnya. ‘…yang jadi soal kan bagaimana kita bisa menempatkan penglihatan dan pemahaman kita dari sudut dan cara pandang kaum muda. Jika kita menterjemahkan nasionalisme dari sudut perspektif yang berbeda dengan kaum muda tentu hasilnya dapat dipastikan berbeda…’ ujarnya.

Senada dengan Sarwono, Muhammad Fasial, Pendiri Youth Laboratory Indonesia, melihat nasionalisme dari kaum muda Indonesia terungkap dari tindak-tindakan kekentalan kolektivitas yang ditunjukan melalui ragam kegiatan kepedulian atas persoalan bangsa. Misal, ketika wabah pandemic covid 19 mulai merambah Indonesia, kaum muda tanpa perintah, tanpa koordinasi pemangku jabatan justru lebih dahulu melakukan gerakan solidaritas terjun langsung ke lapangan membantu masyarakat, ungkapnya.

Faisal juga mengisyaratkan bahwa melihat peran kaum muda mesti pada koridor perspektif kaum muda agar tidak salah persepsi tentang generasi itu. Misal, soal ancaman terhadap bangsa dan negara. ‘…ancaman itu tidak dilhat lagi dari sisi politik, misal, perbedaan ideologi dan sejenisnya melainkan lebih terfokus pada hal-hal yang dapat mengganggu keberadaan sebagai manusia itulah yang dilihat sebagai ancaman. Jadi titik tekannya lebih dalam pada eksistensi kemanusiaan…’

Ketika ditanya isu-isu yang menarik bagi kaum muda, Faisal mengungkap bahwa untuk ke depan isu-isu lingkungan hidup akan lebih menarik bagi kaum muda jauh dibanding dengan politik.

sb: esispr//

you may also like