KULINER POPULER KHAS CIREBON

Cirebon memang terbilang kota unik dengan banyak julukan, selain terkenal sebagai kota udang. Hal unik lain yang dimiliki Cirebon dan tidak akan pernah anda temui di manapun juga, di dunia, ialah di kota ini ada 4 (empat) kerajaan yang letaknya saling berdekatan. (salah satunya, Keraton Kasepuhan, yang pernah diulas pada rubik berita, 20/01/19).

Nah, kali ini kami ajak untuk mencoba mencicipi kuliner populer khas kota udang tersebut.

Sego Jamblang.

Jalan-jalan ke Cirebon, rasanya tak lengkap bila tak mencoba Sega Jamblang (Nasi Jamblang dalam Bahasa Indonesia), makanan khas masyarakat kota Cirebon, Jawa Barat. Nama Jamblang berasal dari nama daerah di sebelah barat kota Cirebon tempat asal pedagang makanan tersebut. Ciri khas makanan ini adalah penggunaan daun Jati sebagai bungkus nasi.

Penyajian makanannya pun bersifat prasmanan. Menu yang tersedia antara lain sambal goreng (yang agak manis), tahu sayur, paru-paru (pusu), semur hati atau daging, perkedel, sate kentang, telur dadar/telur goreng, telur masak sambal goreng, semur ikan, ikan asin, tahu dan tempe.

Sega Jamblang adalah makanan khas Cirebon yang pada awalnya diperuntukan bagi para pekerja paksa pada zaman Belanda yang sedang membangun jalan raya Daendels dari Anyer ke Panarukan yang melewati wilayah Kabupaten Cirebon, tepatnya di Desa Kasugengan.

Sega Jamblang saat itu dibungkus dengan daun jati, mengingat bila dibungkus dengan daun pisang kurang tahan lama sedangkan jika dengan daun jati bisa tahan lama dan tetap terasa pulen. Hal ini karena daun jati memiliki pori-pori yang membantu nasi tetap terjaga kualitasnya meskipun disimpan dalam waktu yang lama.

Keberadaan Sega Jamblang sebagai makanan khas Cirebon, tentunya tidak bisa dilepaskan dari sosok salah satu pedagangnya yang cukup tersohor, yaitu MANG DUL. Nasi Jamblang Mang Dul cukup dikenal oleh masyarakat Cirebon, bukan hanya bagi masyarakat kebanyakan, tetapi juga menyentuh kalangan pejabat. Bahkan beberapa selebritis ibukota, jika singgah di Kota Cirebon, selalu menyempatkan mampir ke warung nasi ini. Sentra makanan Sega jamblang di Kota Cirebon saat ini terletak di wilayah Gunung Sari, sekitar Grage Mall.

Warung ini tidak pernah tutup alias buka 24 jam. Walaupun menunya sangat beraneka ragam, namun harga makanan ini relatif sangat murah. Karena pada awalnya makanan tersebut diperuntukan bagi untuk para pekerja buruh kasar di Pelabuhan dan kuli angkut di jalan Pekalipan.

Empal Gentong.

Ya karena memasaknya tradisional banget, menggunakan gentong dengan kayu sebagai bahan bakarnya, maka namanya jadi empal gentong.

Dua keunikan dari empal gentong inilah yang menjadi ciri khas kuliner yang berasal dari Desa Batembat, Kecamatan Tengah Tani, Kabupaten Cirebon. Ditambah lagi dengan paduan daun kucai yang diiris tipis-tipis . Ditambah dengan cabai kering giling.Cabai ini sangat pedas karena berupa saripati cabai merah kering yang kemudian ditumbuk kasar. Biasanya empal gentong itu berisi daging, usus, dan babat.

Cara penyajiannya bisa disajikan dengan nasi atau lontong. Lontongnya hanya beras yang dimasukkan ke dalam daun pisang yang sudah dibentuk silinder dan direbus selama 4 jam. Saat disajikan api harus tetap menyala besar agar menjaga empal tetap panas. Paduan empal dengan daun kucai memberikan aroma tersendiri .Selain sambal cabai kering dan kucai biasanya ditambah dengan kerupuk rambak (kerupuk kulit kerbau) menjadikan kuliner yang khas.

Sego Lengko.

Kuliner pesisir utara ini disebut sega lengko (nasi lengko dalam bahasa Indonesia) yang selintas mirip nasi pecel ini, adalah makanan khas masyarakat pantai utara (Cirebon, Indramayu, Brebes, Tegal dan sekitarnya). Makanan yang sederhana ini sarat akan protein dan serat serta rendah kalori karena bahan-bahan yang digunakan adalah 100% non-hewani.

Nasi lengko adalah nasi putih, tempe goreng, tahu goreng, mentimun (mentah segar, dicacah), tauge (direbus), daun kucai (dipotong kecil-kecil), bawang goreng, bumbu kacang (seperti bumbu rujak, pedas atau tidak, tergantung selera), dan kecap manis.

Kecap manis yang digunakan adalah kecap manis encer, bukan yang kental seperti yang biasa kita gunakan di rumah lho. Kecap lalu disiramkan diatas campuran bahan-bahan yang sudah disebutkan diatas tadi. Tempe dan tahu goreng dipotong-potong kecil dan diletakkan di atas sepiring nasi. Mentimun dicacah, lalu ditaburi pula di atasnya, juga tauge rebus, serta disiram bumbu kacang di atasnya, dan potongan daun kucai, lalu diberi kecap asli Cirebon secukupnya sampai kecoklatan, dan di taburi bawang goreng. Tak lupa kerupuk mlinjo yang besar bulat. Atau bagi yang tidak sudah bisa juga dinikmati dengan kerupuk aci yang putih, yang bundar atau kotak, menjadi pelengkapnya.

Sebagian orang suka melumur kerupuknya dengan kecap, sebelum mulai dimakan. Beberapa orang suka meminta nasi lengkonya diberi seujung sutil atau dua minyak yang dipakai untuk menggoreng tempe dan tahu. Lucu juga yah..

Jika anda berkunjung ke Cirebon, jangan lupa cicipi nasi lengko ini, lokasinya di alun-alun persis didepan Kasepuhan Cirebon, disana berjejer sejumlah pedagang nasi lengko.

Tahu Gejrot.

Jajanan yang satu ini sudah banyak dipasarkan di luar kota asalnya. Bumbunya yang sederhana tetap mampu membuat lidah berdansa.

Pada tahun 1950, ketika perekonomian kita belum membaik, memaksa penduduk pribumi bekerja apa saja. Kala itu, untuk memproduksi tahu gejrot pun, membutuhkan modal besar, dan hanya orang-orang kaya saja yang sanggup melakukannya. Sedangkan penduduk pribumi hanya sanggup menjadi buruh pembuat tahu dan buruh penjual keliling saja.

Ketika situasi ekonomi dan politik membaik, orang-orang kaya mulai meninggalkan bisnis tahu gejrot. Dan para buruh mengambil alih usaha tersebut.

Bahkan kini tahu gejrot bisa kita temukan di mal-mal di banyak kota. Ada yang belum pernah icipin si tahu sedap ini?

sumber: infolibur.com

you may also like